RAMUAN HERBAL PENAMBAH STAMINA PRIA
Table of Contents
JIKA Korea terkenal dengan ginseng, dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, memiliki herbal yang tak kalah berkhasiat bernama purwoceng.
Tanaman pegunungan ini telah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk menjaga stamina dan vitalitas.
Sejak dahulu, masyarakat lokal Dieng telah mengenal purwoceng sebagai tanaman obat. Menurut cerita rakyat, khasiatnya ditemukan secara tak sengaja oleh seorang petani Dieng yang kelelahan dan mengunyah daunnya. Ia merasakan tubuhnya hangat dan tenaga pulih kembali. Sejak itu, purwoceng mulai digunakan untuk memelihara kesehatan.
Khasiat afrodisiaknya bahkan pernah tercatat dalam lingkungan istana Jawa, sehingga tanaman ini mendapat reputasi sebagai herbal penambah gairah sejak zaman dahulu. Secara botani, purwoceng tergolong dalam keluarga Apiaceae, yang juga mencakup seledri dan adas.
Tanaman ini berukuran kecil dan tumbuh mendatar di permukaan tanah menyerupai pegagan, dengan daun hijau kemerahan berdiameter 1–3 cm. Purwoceng dulunya dapat ditemukan di beberapa daerah pegunungan tinggi di Jawa, antara lain dataran tinggi Dieng, kawasan Gunung Pangrango di Jawa Barat, dan Pegunungan Hyang serta Tengger di Jawa Timur.
Masing-masing daerah memiliki nama lokal untuk purwoceng, seperti "antanan gunung" di Sunda, serta "suripandak abang" atau "gebangan" di Jawa Timur. Habitat purwoceng yang terbatas di dataran tinggi membuat populasinya tidak melimpah. Tanaman ini tumbuh optimal di ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut.
Saat ini, purwoceng tergolong langka dan terancam karena eksploitasi berlebihan serta sulitnya budidaya massal. Wilayah Dieng, khususnya perbatasan Banjarnegara-Wonosobo, menjadi salah satu lokasi utama di mana purwoceng masih dapat dijumpai.
Tanaman ini tumbuh subur di daerah beriklim dingin pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.800–3.000 meter di atas permukaan laut, suhu harian 15–20 derajat celcius, kelembapan 60–70 persen, serta tanah beraerasi baik dengan pH sekitar 5,7–6,0.
Perbanyakan purwoceng biasanya dilakukan melalui biji secara generatif. Tanaman ini mulai berbunga pada usia sekitar 6 bulan, dan bijinya akan masak beberapa minggu setelah berbunga. Satu tanaman dewasa dapat menghasilkan 50-250 biji, yang kemudian disemai dalam bedeng persemaian.
Setelah muncul kecambah dengan 3–4 helai daun, bibit dipindahkan ke polibag kecil berisi tanah humus dan pupuk kandang sebelum akhirnya ditanam di lahan terbuka dengan jarak tanam sekitar 25–30 cm. Para petani di Dieng umumnya membudidayakan purwoceng dalam skala kecil, baik di sela-sela lahan pertanian utama seperti kentang maupun di pot di halaman rumah.
Budidaya massal masih jarang karena keterbatasan lahan dan siklus panen yang lama. Purwoceng membutuhkan waktu sekitar satu tahun dari tanam hingga panen. Panen dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman setelah berbunga dan berbuah.
Seluruh bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan, tetapi bagian akar memiliki kandungan senyawa aktif tertinggi dan paling bernilai.
Posting Komentar